Bismillahirrohmanirrohim
Sahabatku, lagi pingin numpahin sedikit uneg uneg di pikiran
saya nie, tentang seolah olah ada diskriminasi mayoritas terhadap minoritas,
hmm.. agak sensitif sepertinya, yah tapi mau gimana lagi, kalo hanya diam,
sepertinya kita setuju terhadap pendapat tersebut. Jadi saya ingin sedikit
menyampaikan pemahaman saya.
Kita bisa ambil contoh, misalnya saja jalan tol hanya boleh
dilalui kendaraan roda empat atau lebih, nah, apakah ini diskriminasi terhadap
kendaraan roda tiga, dan roda dua misalnya, apakah demikian, tentu tidak bukan?
Hal ini dilakukan karena memang ada aturan mainnya, yang tentu saja dibuat
untuk sama sama membuat perngguna nyaman. Apakah para pengendara roda tiga dan
roda dua marah, atau menganggap diskriminasi terhadap aturan tersebut? Tentu mereka
menyadari kenapa mereka tidak boleh melewati jalan tol tersebut. Atau dalam
kasus terakhir misalnya, ada kecelakaan yang terjadi antara mobil pembawa sapi
dengan mobil lain yang menyebabkan sapi sapinya kabur di jalan tol, kemudian
para polisi terpaksa harus menembak sapi agar tidak membahayakan pengendara
mobil lain. Nah apakah ini juga diskriminasi terhadap sapi? Bukankah itu hak
asasi sapi untuk lewat jalan tersebut? Tentu tidak begitu bukan???
Misalnya juga ada jalan warga yang hanya cukup untuk mobil
roda empat, maka warga memasang plang bahwa kendaraan besar atau truk dilarang
lewat sini, tentu saja itu dibuat demi kenyamanan bersama, dan kendaraan besar atau
truk pun mengerti bahwa kalau mereka menggunakan jalan warga tersebut,
kemungkinan jalannya akan rusak, mungkin karena tekstur tanahnya yang tidak
kuat dan sebagainya.
Kita bisa juga ambil contoh di tempat tempat kami yang
biasanya mayoritas, tapi di daerah tersebut kami minoritas, Papua misalnya. Disana
tempat ibadah kami sedikit, dan kami juga tidak bebas mendirikan tempat ibadah
kami, tapi kami tidak pernah teriak diskriminasi karena tidak diperbolehkan
membangun tempat ibadah kami, karena kami mengerti semua ada aturannya, bahwa
kalo mau mendirikan tempat ibadah, ya berarti harus ada jamaahnya, buat apa
membangun tempat ibadah kalo tidak ada massanya, apa sebenarnya yang
diinginkan? Kalo cuma satu keluarga, ya silahkan beribadah di rumah masing
masing, dan kami juga tidak akan merasa terganggu sama sekali. Tidak perlu tiap
ada satu keluarga, kemudian membangun satu tempat ibadah walaupun mereka mampu,
untuk apa?
Contohnya seperti jalur three in one di sebagian jalan
jakarta di waktu tertentu, toh sebenarnya di satu keluarga mungkin mempunyai
kemampuan membeli mobil sendiri sendiri, kemudian mau lewat jalan tersebut(
misal sudirman thamrin), lalu apakah boleh mereka naik mobil sendiri sendiri
lewat jalan sudirman tersebut pada jam yang sedang diberlakukan three in one? Tentu
ini merupakan pelanggaran lalu lintas bukan?? Walaupun mereka punya hak asasi
untuk lewat jalan tersebut, tetapi untuk mengurai kemacetan, maka dibuatlah
aturan supaya satu mobil berisi tiga penumpang. Apakah ini diskriminasi?? Tentu
tidak bukan??
Ada satu hal lagi yang sangat membuat hati saya agak sakit,
ketika melihat beberapa orang dari golongan kami, yang kalo gak salah disebut
liberal, suka sekali mencampurbaurkan berbagai agama, pluralisme istilah
mereka. Padahal beda sekali plural nya bangsa Indonesia dengan pluralisme yang
mereka anut. Banyak sekali tulisan tentang perbedaan tersebut, silahkan search sendiri
dulu, atau mungkin nanti saya akan buatkan tulisan saya sendiri..
Yang ingin saya sampaikan adalah bahwa, ketika ada hal hal
yang belum pernah dilakukan di zaman Rosululloh SAW, bukan berarti hal tersebut
adalah BOLEH, tetapi sebaiknya adalah DITINGGALKAN, karena banyak sekali hal
hal baru apalagi yang berkaitan dengan ibadah, oleh karena itu sebaiknya kita
tinggalkan, untuk menjaga orisinalitas ajaran Islam yang dibawa Rosululloh
Muhammad SAW.
Nah yang terjadi pada kaum liberal ini, dengan berbagai
bahasa ilmiahnya, seolah olah membenarkan hal hal yang memang tidak pernah ada
di zaman Rosululloh, maka berarti boleh dilakukan, Na’udzubillah.
Akhirnya kita liat, pencampuradukkan agama, acara agama
lain, golongan itu malah ikut bersama sama dalam acara agama lain tersebut,
katanya atas nama toleransi, ya ampun, dari dulu yang namanya toleransi tuh
bukan begitu, toleransi itu berarti membiarkan, jadi kita membiarkan umat lain
beribadah sesuai kepercayaannya, dan kita tidak ikut campur, bagimu agamamu dan
bagiku agamaku, saya rasa begitu Rosululloh mengajarkan.
Akhirnya, harapan saya, sahabatku dan adik adikku semua,
kalian bisa melihat lebih dalam dengan hati, dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan Sunnah, yang benar kita katakan benar, yang bathil kita katakan bathil. Semoga
tulisan yang sedikit ini bermanfaat, terutama bagi penulis sendiri, dan bagi
para pembaca sekalian. Hanya kepada Allah SWT saja saya bertawakkal, Ya Allah,
lindungilah kami dan keluarga kami dari siksa api neraka. Alloh Maha Mengetahui
apa yang kita nyatakan ataupun yang kita sembunyikan..
beberapa link tentang plural, semoga mencerahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar